Senin, 29 Agustus 2011

'Idul Fitri - Resolusi Hidup Baru

Terbenamnya matahari di upuk barat pada akhir bulan Ramadhan serta gema takbir dikumandangkan yang saling bersahutan menandakan telah masuknya 'Idul Fitri 1 Syawal 1432 H.

Ramadhan yang telah dilalui sebagai bulan training (riyadah) ibadah dan yang jauh-jauh hari telah dirancang berbagai resolusi untuk kehidupan berikutnya, kini telah meninggalkan umat Islam. Tidak sedikit umat Islam yang terlihat bersuka cita menghiasi hadirnya bulan yang penuh fitri tersebut. Namun tidak sedikit pula umat Islam yang merasa sedih karena berakhirnya bulan latihan yang dipenuhi dengan maghfirah dan "bonus-bonus" yang Allah janjikan di bulan Ramadhan.

Terlepas mereka yang merayakan kemenangan di hari raya 'Idul Fitri, telah menjalankan dan menegakkan ibadah  dengan maksimal atau tidak di bulan suci Ramadhan. paling tidak umat Islam hendaknya memahami dan memaknai esensi dari 'Idul Fitri itu sendiri.
Fenomena yang sering kita lihat dan tidak bisa kita pungkiri, banyak diantara umat Islam merayakan hari raya 'Idul Fitri dengan menampilkan yang serba "wah", dari segi pakaian, mobil, rumah, sampai berbagai macam hidangan lezat disiapkan dengan sempurna. Yang pada akhirnya muncullah kesan saling berlomba-lomba untuk saling unjuk sesuatu yang membuat orang terkagum-kagum memandangnya.
Dengan paradigma demikian, tidak sedikit umat Islam memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk meraih pendapatan yang lebih dengan bekerja ekstra kerja keras.
Namun apakah paradigma dan cara demikiankah yang dianjurkan untuk menyambut hari raya 'Idul Fitri??
memang tidak keliru juga persiapan seperti di atas dilakukan umat Islam, tapi kadang esensi atau tujuan utama dari 'Idul Fitri itu sendiri tidak tercapai sama sekali.

Hari raya 'Idul Fitri itu dipersembahkan bagi mereka yang mencapai tingkat kepatuhan serta ketakwaannya yang semakin bertambah kepada Allah SWT. Yang awalnya sebelum masuk bulan Ramadhan shalat dan ngajinya masih bolong-bolong, berinfak masih "setengah-setengah", suka menyakiti perasaan orang lain, bermalas-malasan dalam belajar, dan lain sebagainya. Tapi setelah training ibadah di bulan Ramadhan semua kebiasaan buruk tersebut berubah menjadi lebih baik bahkan menjadi rutinitas sehari-hari. begitu pula orang yang sudah baik sebelumnya, kemudian setelah training di bulan Ramadhan bertambah ketaatannya kepada Allah dan senantiasa menyucikan hatinya kepada Allah pada hakikatnya mereka inilah yang berhak meraih 'Idul Fitri tersebut.
Hal tersebut dapat kita lihat dalam hadist Rasul yang artinya, "Bahwa hari raya 'Idul Fitri bukanlah untuk mereka yang berpakaian serba dan mewah tapi 'Idul Fitri bagi mereka yang ketaatan dan kepatuhannya semakin meningkat."
Hadist ini juga menerangkan bahwa training ibadah seseorang yang terus menerus dan istiqomah merupakan salah satu orang yang berhak merayakan hari raya 'Idul Fitri.
Namun mereka yang sudah mensucikan diri dari segala dosa dan kekeliruan baik secara hablu minallah (vertikal kepada Allah) maupun hablu minannas (horizontal kepada sesama manusia) tetap dibutuhkan proses untuk mencapainya. maka sebulan penuh training pada bulan Ramadhan merupakan sarana bagi mereka yang mau kembali kepada Allah Yang Maha Suci.
Akhirnya, yang harus dipahami dengan hakiki bahwa jangan terlalu berbangga diri bagi mereka yang punya rezeki berlebih dalam menghiasi hari raya 'Idul Fitri dengan hal-hal yang mewah. Sebaliknya bagi mereka yang hanya sederhana hendaknya tidak merasa berkecil hati dengan kondisi yang serba apa adanya. Sebab pada hakikatnya 'Idul Fitri bukan terletak pada penampilan fisik tapi pada hati dan seberapa besar ketaatan kita kepada Allah.

Wallahu'allam
Billahi fii sabilil haq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar