Minggu, 06 November 2011

Khutbatul Wada'

Sebuah Apirmasi yang sangat menggetarkan hati sekaligus memicu adrenalinku  untuk beranjak  dari "tidur" serta bangkit dan meningkatkan eksistensi kita seorang Muslim dihadapan Allah, dan membuktikan rasa cinta kita kepada Rasulullah.
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Sejenak alam imaginasiku seakan-akan ada dan merasakan berada dalam situasi sejarah Rasulullah tersebut.
Dan ijinkan aku untuk mengutip sebuah apirmasi ini dalam rangka mengekspansi wahana pembangkit semangat (girah) kita seorang Muslim, BETAPA CINTANYA RASULULLAH KEPADA KITA.
Pagi itu, walaupun langit telah menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah, dan ini adalah khutbah terakhir beliau (Khutbatul Wada').
"Wahai umatku..kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya."
"kuwariskan dua perkara pada kalian Al-Quran dan sunnahku."
"Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca.
Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.
Usman menghela nafas panjang
Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala  itu.
manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.
tanda-tanda itu semakin dekat.
Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba  dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?' tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk
"Maaflah, ayahku sedang demam."  kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu.
kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah.
"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahu ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. seolah-olah bahagian demi bahagaian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"ketahuilah, dialah yang menghapuskan  kenikmatan sementara. dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat mau datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut serta sama menyertainya.
kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kasih kekasih Allah dan penghulu dunia ini
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasulullah dengan  suara yang amat lemah
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi.
"kabarkan kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?" pinta Rasulullah
"Jangan khawatirkan wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya." kata Jibril

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik, nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut itu!" perlahan Rasulullah mengaduh
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup , melihat kekasih Allah direnggut ajal." kata Jibril
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku"
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanikum, Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah diantaramu."
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii...Ummatii...Ummatii.."
Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu..
Allahumma shollu'ala Muhammad wa baarik wa salim'alaih
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita..
Kami juga mencintaimu Ya Rasulullah..... Dan cinta itu..akan kami buktikan!!

1 komentar:

  1. subhanallah...

    kisah yang sangat menyedihkan... sebelumnya saya dah pernah mendengar cerita ini bugul, tp tetep aja klo bacanya lagi... asa sedih pisan
    mudah2an kita termasuk umat rasulullah yang dijanjikan oleh Allah akan masuk syurga. aamiiin

    thanks bugul motivasinya

    BalasHapus